Minggu, Juli 01, 2007

SELINTAS ABOUT WIDJI TUKUL

Wiji Thukul,





seorang anak muda yang menurut Arief Budiman (1994) mirip pedagang asongan, mengambil jalan lain.


Ia menulis puisi yang bisa dimengerti oleh teman-temannya sendiri, menulis tentang kenyataan hidupnya sendiri.




Ia pun membacakan puisinya ke kampung-kampung hingga ke kampus-kampus di dalam dan luar negeri. Dan, akhirnya kita lihat bahwa di tangan penyair, fakta sosial bisa menjadi kekuatan yang sangat luar biasa.


Jika Udin membongkar fakta money politics Bupati Bantul, Yogyakarta, dengan kepekaan jurnalistiknya, jika Munir lantang menyuarakan anti-kekerasan dengan kepekaan kemanusiaannya, Wiji Thukul mengungkap fakta ketimpangan sosial dengan kepekaan kepenyairannya. Ketiganya sama-sama mengungkap fakta, sama berartinya bagi kemanusiaan, dan ketiganya sama-sama dilenyapkan. Sekali berarti, sudah itu mati, kata Chairil Anwar.


Namun, kata-kata sang penyair seperti memiliki sejarah hidup yang berbeda dengan penyairnya.



HANYA ADA SATU KATA: LAWAN!.

my favorit